Upacara Sekaten
Siapa yang tak kenal Sekaten? Mungkin hanya segeintir orang saja untuk
jaga-jaga mungkin ini sedikit pengertiannnya
“Upacara Sekaten adalah sebuah upacara ritual di
Kraton Yogyakarta yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini dilaksanakan
selama tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal) sore hari sampai
dengan tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam. Upacara Sekaten
diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (Mulud) Nabi Muhammad SAW.
Tujuan lain dari penyelenggaraan upacara ini adalah untuk sarana penyebaran
agama Islam.”
Ada beberapa
pendapat mengenai asal mula nama Sekaten, yaitu:
- Kata sekaten berasal dari kata sekati, yaitu nama dari dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta yang bernama Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
- Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang berarti suka hati atau senang hati. Hal ini didasarkan bahwa pada saat menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang-orang dalam suasana bersuka hati.
- Pendapat lain mengatakan bahwa sekaten berasal dari kata syahadatain, yang maksudnya dua kalimat syahadat yang diucapkan ketika seseorang hendak memeluk agama Islam. Pendapat ini didasari bahwa pada jaman dahulu upacara sekaten diselenggarakan untuk menyebarkan agama Islam.
Masyarakat
Yogyakarta sangat antusias dalam melaksanakan upacara ini, meskipun sudah
dilaksanakan bertahun tahun selaluu saja banyak juga peserta yang datang, malah
semakin tambah saja peserrtanya disetiap tahunnnya. Banyak peserta yang mengaku
merasakan kenikmatannnya ketika mereka saling berebut jajanan yang
dibuat gunungan oleh panitia, karena tidak ada batasan usia untuk mengikutinya
mungkin ini menjadi daya tarik tersendiri untuk Sekaten.
Upacara Jolosutro
Upacara adat ini bermaksud dan bertujuannya sebagai rasa syukur terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahi berkah dan karunianya sehingga hasil
pertaniannya bisa berlangsung dengan lancar dan diakhiri dengan panen yang
melimpah, juga mohon berkah agar hasil pertanian yang berikutnya bisa lebih
baik dari sebelumnya. Disamping itu juga mendoakan kepada nabi Muhammad SAW agar
diberi syafa’at di surga kelak.
Sejak jaman
Sunan Geseng masih hidup, masyarakat Jolosutro pada setiap tahunnya selalu
melaksanakan upacara rasullan setelah panen padi. Banyak tamu yang
datang termasuk dari Kraton. Untuk menjamu tamu dari Kraton dalam setiap
upacara selalu dihidangkan makanan yang bukan termasuk sesaji yaitu berupa
ketupat berikut lauk pauknya. Namum tidak seperti ketupat pada umumnya ketupat
Jolosutro dibungkus dengan daun gebang dan ukurannya lebih besar yaitu 15 x 15
cm sampai 356 x35 cm. Sedangkan cara mengolahnya berbeda dengan ketupat biasa
sehingga rasanya juga lain, lauk pauknya pun berupa gudheg manggar. Ketupat
rasulan ini menjadi hidangan khas pada upacara rasulan di Jolosutro sampai
sekarang.
Upacara
kupatan Jolosutro dilaksanakan sesudah masa panen padi, hari Senin Legi bulan
Sapar dan bertempat di Jolosutro, desa Srimulyo, Piyungan Bantul, tepatnya di
makam Sunan Geseng. Namun karena waktu panen mengalami perubahan untuk bulan
tidak mesti bulan Sapar dan nama pasaran juga tidak mesti Legi asal bukan Pon,
sedangkan tanggalnya berdasarkan pedoman penanggalan Jawa yaitu tanggal 10-15
saat menjelang bulan purnama. Puncak acara dilaksanakan pada siang hari antara
pukul 14.00-16.00 WIB.
Pada hari
Senin Legi, setelah sholat dhuhur, jodhang-jodhang yang berisi sesaji kenduri
dari berbagai RT di wilayah dusun Jolosutro dibawa berkumpul di lapangan
Jolosutro. Setelah semua siap kemudian bersama-sama jodhang-jodhang tersebut
dibawa menuju tempat upacara di makam Sunan Geseng diiringi dengan kesenian
rakyat jathilan. Acara dimulai dengan diawali sambutan Kepala Desa Srimulyo dan
Camat Piyungan. Acara inti diawali dengan pembacaan ikrar yang diucapkan oleh
juru kunci makam Sunan Geseng, dilanjutkan pembacaan doa oleh kaum dan ditutup
dengan makan bersama dari sesaji kenduri yang telah disediakan berupa nasi
ameng, nasi gurih beserta lauk pauknya serta hasil palawijo, jajan pasar,
rengginan dan enten-enten.
Nah tertarik
untuk mengunjungi Yogyakarta atau salah satu kota adat di Indonesia ini pasti
anda akan puas dengan keanekaragaman budayanya, lagi pula ini hanya secuil dari berbadai adat yang ada di Yogyakarta kalau tidak percaya silahkan datang ke Yogyakarta hehehe....
Sumber:
https://gudeg.net/