Selasa, 23 Agustus 2016

Mohammad Roem

Mohammad Roem 
Ayah               : Dulkarnaen Djojosasmito
Ibu                   : Siti Tarbijah
Istri                  : Markisah Dahlia (1932)
Anak               :
·         Roemoso (1933)
·         Rumeisa (1939)
Lahir                : Parakan, 16 Mei 1908
Riwayat Pendidikan   :
·         Volksschool (1915-1917)
·         Hollandse Inlandsche (1917-1924)
·         School tot Opleiding van Indische ArtsenSTOVIA (1924-1927)
·         Algemene Middelbare (1927-1930)
·         Rechtshoogeschool te Batavia (1932-1939)
·         Mendapat gelar Meester in de Rechten (1939)
Karier              :
·         Obligasi Jong Islamieten (1924)
·         Sarekat Islam (1925)
·         Perundingan Linggarjati (1946)
·         Perjanjian Renville (1948)
·         Perjanjian Roem-Roijen (1949)
Meninggal       : Jakarta, 24 September 1983 (75 Tahun)
Beliau adalah diplomat kebanggaan Indonesia. Perannya sangat kentara ketika Perang Kemerdekaan Indonesia terbukti dari lahirnya sebuah perjanjian yang sudah tidak asing lagi di telinga kita yaitu Roem-Roijen yang ditanda tangani pada 7 Mei 1949. Beliau tercatat pernah menjejaki beberapa jabatan selama Soekarno menjadi presiden, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947), Pemimpin delegasi Indonesia dalam perundingan Roem-Royen (1949), Menteri Luar Negeri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951), Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953), Wakil Perdana Menteri I pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956).

            Diplomator ini pernah di penjarakan Soekarno di Madiun. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, dalam pertemuannya dengan Mohamad Roem, Hassan sempat menanyakan apakah Roem sakit hati saat dipenjarakan Soekarno. Jawaban Roem kala itu, dalam politik, menang atau kalah merupakan hal biasa. Perbedaan tajam tidak pernah menghalangi hubungan baik antarpribadi. Bahkan beliau memuji-muji sikap Soekarno yang pemimpin yang berwibawa. Ia memang menyebut Soekarno oligarkis dan feodal.
                Alasan saya memilih Muhammad Roem selain karena sisa tugas sejarah Indonesia, saya juga kagum karena kesabaran dan ke ikhlasan beliau, terbukti ketika Soekarno memenjarannya di Madiun karena tidak se-pandangan lagi namun beliau tetaplah tidak mendendam kepada soekarno. Beliau juga figure pahlawan diplomasi bangsa Indonesi, Sang Pembuat Jejak KMB bagi Indonesia, Beliaulah Mohammad Roem.