Mohammad
Roem
Ayah : Dulkarnaen Djojosasmito
Ibu : Siti Tarbijah
Istri : Markisah Dahlia (1932)
Anak :
·
Roemoso (1933)
·
Rumeisa
(1939)
Lahir : Parakan, 16 Mei 1908
Riwayat
Pendidikan :
·
Volksschool (1915-1917)
·
Hollandse
Inlandsche (1917-1924)
·
Algemene
Middelbare (1927-1930)
Karier :
·
Obligasi
Jong Islamieten (1924)
Meninggal : Jakarta, 24 September 1983 (75 Tahun)
Beliau
adalah diplomat kebanggaan Indonesia. Perannya sangat kentara ketika Perang
Kemerdekaan Indonesia terbukti dari lahirnya sebuah perjanjian yang sudah tidak
asing lagi di telinga kita yaitu Roem-Roijen yang ditanda tangani pada 7 Mei
1949. Beliau tercatat pernah menjejaki beberapa jabatan selama Soekarno
menjadi presiden, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri
pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947), Pemimpin
delegasi Indonesia dalam perundingan Roem-Royen (1949), Menteri Luar Negeri
pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951), Menteri
Dalam Negeri pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953), Wakil
Perdana Menteri I pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956).
Diplomator ini pernah di penjarakan
Soekarno di Madiun. Menteri Luar
Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, dalam pertemuannya dengan Mohamad Roem,
Hassan sempat menanyakan apakah Roem sakit hati saat dipenjarakan Soekarno.
Jawaban Roem kala itu, dalam politik, menang atau kalah merupakan hal biasa.
Perbedaan tajam tidak pernah menghalangi hubungan baik antarpribadi. Bahkan
beliau memuji-muji sikap Soekarno yang pemimpin yang berwibawa. Ia
memang menyebut Soekarno oligarkis dan feodal.
Alasan
saya memilih Muhammad Roem selain karena sisa tugas sejarah Indonesia, saya
juga kagum karena kesabaran dan ke ikhlasan beliau, terbukti ketika Soekarno
memenjarannya di Madiun karena tidak se-pandangan lagi namun beliau tetaplah
tidak mendendam kepada soekarno. Beliau
juga figure pahlawan diplomasi bangsa Indonesi, Sang Pembuat Jejak KMB bagi
Indonesia, Beliaulah Mohammad Roem.